Selasa, 15 Maret 2011

INTELIGENSI

Inteligensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari.

Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental, yakni  level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lain. William Stern mengembangkan konsep intelligence quotient (IQ), yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis, dikalikan 100.
 IQ = MA/CA x 100


Terdapat 8 kerangka pikiran Gardner :
1. keahlian verbal : kemampuan untuk berpikir dengan kata dan menggunakan bahasa dengan sangat baik
2. keahlian matematika : kemampuan untuk menyelesaikan operasi matematika
3. keahlian spatial : kemampuan untuk berpikir tiga dimensi
4. keahlian tubuh-kinestetik : kemampuan untuk memanipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik
5. keahlian musik : sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan suasana
6. keahlian intrapersonal : kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupan dirinya secara efektif
7. keahlian interpersonal : kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain
8. keahlian naturalis : kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia

Emotional Intelligence
Menurut Peter Salovy dan John Mayer, emotional intelligence adalah kemampuan untuk memonitor perasaan diri sendiri dan perasaan serta emosi orang lain, kemampuan untuk membedakannya dan kemampuan untuk menggunakan informasi ini untuk memandu pemikiran dan tindakan dirinya.
Konsep emotional intelligence oleh Daniel Goleman  : dapat memprediksi kompetensi seseorang, IQ seperti yang diukur dengan tes kecerdasan ternyata tidak lebih penting dari kecerdasan emosional. Emotional intelligence terdiri dari 4 area :
1. developing emotional awareness : kemampuan untuk memisahkan perasaan dengan tindakan
2. managing emotions : mampu mengendalikan amarah
3. reading emotions : memahami perspektif orang lain
4. handling relationship : kemampuan untuk memecahkan problem hubungan

Daftar Pustaka :
Santrock, John W. 2007 . Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenada Media Group.

Belajar Jarak Jauh ( Distance Learning)

Belajar Jarak Jauh (BJJ) adalah bentuk pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan modul yang tercetak yang digunakan untuk korespondensi dan pembelajaran berbasis (TIK), seperti televisi, radio dan komputer serta internetnya. Misalnya : berhubungan dengan print, CD, Video, TV interaktif atau internet. Sehingga, pendidik harus tahu media terbaik yang digunakan untuk matero pelajaran dan tingkat kemampuan teknologi yang dapat diakses. 
Prinsip BJJ :
1. Tujuan yang jelas
2. Relevan dengan kebutuhan
3. Mutu pendidikan
4. efisiensi dan efektivitas program
5. efektifitas
6. pemerataan
7. Kemandirian
8. Keterpaduan
9. Kesinambungan


Kelebihan BJJ :
a. menjangkau target yang ditentukan
b. memberikan kesempatan yang luas dalam rangka pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik
c. tidak membutuhkan ruangan kelas yang khusus
d. tidak memerlukan guru khusus yang bertugas mengajar
e. bahan belajar sudah disiapkan oleh pengelola
f. memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk lebih aktif
g. lebih efisien dan ekonomis
h. pengembangan kurikulum didasarkan pada kebutuhan lapangan


Kelemahan BJJ :
a. waktu dan biaya yang diperlukan cukup banyak
b. memerlukan motiovasi belajar yang tinggi
c. tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan pengajar 
d. bahan yang disajikan kurang relevan dengan kebutuhan peserta didik setempat atau kepentingan peserta   didik


Daftar Pustaka :
Munir. (2008). Kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Bandung: Alfabeta

Selasa, 01 Maret 2011

E-Learning dan Learner-Centered

Jilly Chandra (10-022)
Veronica (10-026)
Venti Ayu Wibawa (10-070)
Dede Suhendri (10-078)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dikti.go.id, peserta didik di zaman informasi ini mempunyai kecenderungan gaya belajar aktif, sequential, sensing, dan visual (Felder dan Soloman, 1993). Generasi muda sekarang sudah mempunyai istilah baru, yaitu "Generasi Z", yaitu generasi yang sudah mahir menggunakan teknologi zaman ini. Kita, sebagai generasi Z ini, harus menggunakan proses learner centered daripada teacher centered yang biasa digunakan di masa sekolah. Untuk menggunakan proses pembelajaran seperti ini, harus ada sebuah penyesuaian, sehingga peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Perlunya penyesuaian karena metode pembelajaran teacher-centered berbeda dengan learner-centered. Peserta didik dituntut untuk lebih aktif pada proses pembelajaran, sedangkan pembimbing hanyalah menjadi mediator. Proses pembelajaran ini seharusnya telah diterapkan semasa di sekolah, tepatnya pada SMA, sehingga siswa maupun mahasiswa siap untuk terjun ke lapangan kerja.

E-learning merupakan salah satu learner centered. Bayangkan kalau e-learning merupakan teacher-centered, maka pembimbing akan ceramah, sedangkan kita tidak tahu apakah peserta didik mengikuti pembelajaran atau tidak. Jadi, learner centered membuat peserta didik tidak akan bosan karena hanya duduk mendengarkan/membaca penjelasan guru di dalam kelas.

Teacher vs Learner Centered Instruction

Teacher vs. Learner-Centered Instruction

Teacher-Centered
Learner-Centered
Focus is on instructorFocus is on both students and instructor
Focus is on language forms and structures (what the instructor knows about the language)Focus is on language use in typical situations (how students will use the language)
Instructor talks; students listenInstructor models; students interact with instructor and one another
Students work aloneStudents work in pairs, in groups, or alone depending on the purpose of the activity
Instructor monitors and corrects every student utteranceStudents talk without constant instructor monitoring; instructor provides feedback/correction when questions arise
Instructor answers students’ questions about languageStudents answer each other’s questions, using instructor as an information resource
Instructor chooses topicsStudents have some choice of topics
Instructor evaluates student learningStudents evaluate their own learning; instructor also evaluates
Classroom is quietClassroom is often noisy and busy

Berdasarkan perbedaan dua instruksi diatas, saya melihat dalam perkuliahan sekarang ini, lebih diterapkan metode learner-centered. Dan saya rasa metode ini cukup efektif daripada metode teacher-centered, karena menuntut kita untuk lebih aktif dan mempersiapkan materi sebelum kuliah berlangsung.
Tetapi bagi anak-anak yang masi dalam tingkat SD, saya rasa metode teacher-learner akan lebih baik.

Sumber :  Teacher vs Learner Centered Instruction