Psikologi Pendidikan adalah suatu cabang ilmu psikologi yang lebih mengarah pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam ruang lingkup pendidikan. Beberapa perintis psikologi pendidikan sebelum abad ke-20 adalah :
1. William James (1842 – 1910), meluncurkan buku “Principle of Psychology” dan memberikan serangkaian kuliah bertajuk “Talks To Teachers”. Beliau berpendapat, proses belajar mengajar sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya : mulai mengajar pada suatu titik diatas pengetahuan anak untuk memperluas cakrawala atau kemampuan berpikir anak.
2. John Dewey (1859-1952), sebagai penggerak dalam mengaplikasikan psikologi tingkat praktis. Ada beberapa ide yang diberikan oleh John Dewey :
• Anak adalah pembelajar yang aktif(active learner), maka anak akan belajar lebih baik jika mereka turut aktif dalam pembelajaran tersebut.
• Pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat anak untuk adaptasi dengan lingkungannya. Anak-anak tidak hanya diberi pelajaran akademik saja, tetapi juga cara berpikir dan beradaptasi dengan dunia luar sekolah agar mereka dapat memecahkan masalah secara reflektif.
• Semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak tanpa dibeda-bedakan.
3. E.L.Thorndike (1874-1949), berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Beliau juga mengajukan suatu gagasan : psikologi pendidikan harus memiliki basis ilmiah dan berfokus pada pengukuran.
Diversitas dan Psikologi Pendidikan Awal
Terdapat dua tokoh Amerika keturunan Afrika (Afrika-Amerika) yang menonjol : Mamie dan Kenneth Clark, yang melakukan riset tentang identitas dan konsep diri anak-anak Afrika-Amerika. George Sanchez melakukan riset yang menunjukkan bahwa tes kecerdasan secara cultural telah dibiaskan dan merugikan anak-anak etnis minoritas termasuk perempuan yang menghadapi rintangan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Leta Hollingworth yang pertama menggunakan istilah “gifted” untuk mendeskripsikan anak-anak yang mendapat skor istimewa dalam tes kecerdasan.
Perkembangan Lebih Lanjut
Skinner berpendapat bahwa proses mental yang dikemukakan oleh Dewey dan James adalah suatu proses yang tidak dapat diamati. Skinner mengembangkan konsep “programmed learning”, yaitu murid yang telah melalui serangkaian langkah ia terus didorong (reinforced) untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Sebuah ulasan di Annual Review of Psychology menyatakan, “Perspektif kognitif mengimplikasikan bahwa analisis behavioral terhadap instruksi sering kali tidak cukup untuk menjelaskan efek dari instruksi terhadap pembelajaran”, sehingga pada akhir abad ke-20 kembali menggunakan aspek kognitif yang pernah diterangkan oleh Dewey dan James pada awal abad ke-20.
Cara Mengajar yang Efektif
Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi , serta harus bias mengaplikasikannya secara fleksibel. Untuk mewujudkannya terdapat 2 kunci utama, yaitu:
1. Pengetahuan dan Keahlian Profesional
Guru yang efektif dapat menguasai dan memahami materi pelajaran yang akan disampaikan, memiliki keahlian dan keterampilan mengajar yang baik serta strategi pengajaran yang baik. Mereka dapat memotivasi , berkomunikasi dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari berbagai latar belakang berbeda.
• Penguasaan materi pelajaran
Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel dan memahami materi agar dapat memberikan materi yang diajarkan secara jelas dari dasar-dasar pengorganisasian materi sampai mengaitkan suatu gagasan disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya.
• Strategi Pengajaran
Konstruktivisme, menekankan agar individu dapat aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman.
• Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Instruksional
Guru menyusun rencana instruksional, agar tujuan yang ditetapkannya dapat tercapai dan murid dapat meraih hasil yang maksimal.
• Keahlian Menajemen Kelas
Guru harus dapat menjaga kelas tetap aktif dan mempertahankan suasana belajar yang kondusif.
• Keahlian Motivasional
Guru yang efektif memiliki strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar mencari hal baru, sulit, berpikir kreatif dan berusaha menyelesaikannya. Guru tersebut tahu bahwa murid akan termotivasi jika melakukan sesuatu sesuai dengan minatnya.
• Keahlian Komunikasi
Memiliki keahlian komunikasi yang baik saat berbicara dengan murid, orang tua, dsb yang tidak banyak mengkritik, memiliki gaya bicara asertif, manipulatif atau pasif.
• Bekerja secara efektif dengan murid dari berbagai latar belakang yang berbeda
Guru harus dapat mendorong dan membantu murid untuk membentuk hubungan positif dengan murid lainnya. Guru berperan sebagai mediator cultural yang mampu membimbing murid untuk berpikir kritis tentang isu cultural dan etnis, berusaha mengurangi bias dan menanamkan sikap saling menerima.
• Keahlian Teknologi
Guru harus menguasai teknologi pembelajaran, mengetahui cara mengembangkan keahlian teknologi dan mempersiapkan murid untuk bekerja yang menggunakan teknologi tersebut.
2. Komitmen dan Motivasi
Dengan memiliki motivasi diri yang tinggi, seorang guru akan mengajar dengan pemikiran-pemikiran positif yang secara tidak langsung memberikan kenyamanan pada muridnya.
Riset adalah suatu informasi berharga yang membantu dalam memahami suatu strategi. Riset ilmiah adalah riset yang objektif, sistematis dan dapat diuji. Riset ilmiah dilandaskan pada metode ilmiah, sebuah pendekatan yang dipakai untuk mendapatkan informasi yang akurat. Pendekatan ini terdiri dari : merumuskan masalah, mengumpulkan data, menarik kesimpulan dan merevisi kesimpulan dan teori riset. Terdapat beberapa metode dalam meriset :
1. Riset Deskriptif : mengamati dan mencatat prilaku. Riset ini hanya dapat mengungkapkan informasi penting dari suatu masalah, dan tidak dapat membuktikan penyebabnya.
Observasi alamiah (naturalistic) : mengamati perilaku secara riil, tidak menambahkan unsur-unsur lain.
Observasi partisipan : peneliti-pengamat terlibat secara aktif sebagai partisipan(peserta) dalam suatu aktivitas atau tempat tertentu.
Tes standar : dengan prosedur administrasi dan penilaian yang seragam, tes ini menilai sikap/keahlian murid dalam domain yang berbeda-beda sehingga dapat membandingkan kinerja murid pada umur atau tingkat yang sama.
Studi etnografik : studi berjangka panjang yang menggunakan observasi di setting alam dan wawancara. Studi ini adalah deskripsi mendalam dan interpretasi terhadap perilaku dalam satu etnis atau kelompok cultural yang melibatkan peneliti secara langsung.
2. Riset Korelasional : mendeskripsikan hubungan antara dua atau lebih kejadian atau karakteristik. Riset ini berguna karena semakin kuat hubungan antara peristiwa tersebut, maka semakin efektif prediksi tentang suatu kejadian.
3. Riset Eksperimental : dapat menentukan sebab-sebab perilaku. Dalam riset ini akan ditemui factor-faktor yang dimanipulasi (variable independen) yang dapat merubah variable dependen.
Rentang waktu riset :
• Riset cross-sectional : mempelajari kelompok orang pada suatu waktu. Misalnya, dilakukan riset anak berumur 4, 6 dan 8 tahun pada satu waktu.
• Riset longitudinal : mempelajari individu-individu yang sama selama suatu periode waktu. Misalnya, riset dilakukan pada seorang anak pada umur 4, 6 sampai 8 tahun. Riset ini memakan waktu yang sangat lama, sehingga jarang dilakukan.
Riset Evaluasi Program : riset yang dibuat khusus untuk mengetahui keefektifan suatu program.
Riset Aksi : Riset yang dipakai untuk memecahkan problem dikelas atau sekolah secara spesifik, memperbaiki strategi mengajar dan pendidikan, atau untuk melakukan keputusan pada lokasi tertentu. Tujuan dari riset ini adalah untuk memperbaiki praktik secara langsung dalam satu atau dua kelas, pada satu sekolah atau beberapa sekolah.
Guru sebagai Periset : guru melakukan studi sendiri dalam meningkatkan praktik mengajar mereka. Guru dapat melakukan wawancara klinis dengan murid dengan menyusun satu set pertanyaan yang dapat memberikan informasi tertentu serta pemahaman tentang perasaan anak dan bagaimana anak berpikir.
Terdapat beberapa efek dalam melakukan riset, yaitu :
1. Etika, ahli psikologi harus berhati-hati dalam memastikan kesehatan dan keamanan anak yang berpartisipasi dalam studi riset. Kode etik ini mewajibakan partisipan cukup umur, dilindungi dari bahaya mental dan fisik, dan periset mendapat izin untuk meriset mereka.
2. Gender, wanita selalu diposisikan dibawah pria.
3. Etnis dan Kultur: anak etnis minoritas selalu dijauhkan atau diabaikan dalam riset sehingga ada kemungkinan banyak variasi dalam kehidupan anak didunia riil daripada yang ditunjukkan hasil riset.
Menjadi Konsumen Informasi yang Bijak tentang Psikologi Pendidikan :
• Berhati-hati terhadap yang dilaporkan di media popular
• Mengetahui cara untuk menghindari pembuatan kesimpulan tentang kebutuhan individu dalam riset kelompok
• Mengenal gampangnya membuat generalisasi yang berlebihan untuk sampel yang kecil atau sampel klinis
• Berhati-hati karena dalam satu studi tunggal tidak menghasilkan kesimpulan final
• Kesimpulan sebab akibat tidak dapat diambil dari studi korelasional
• Selalu perhatikan sumber informasi dan evaluasi kredibilitasnya
Sumber : John W.Santrock, Psikologi Pendidikan (Edisi kedua)