Ethnic Gloss biasa dipraktikkan ketika sedang memilih dan mendeskripsikan etnis minoritas agar supaya etnis minoritas tersebut tidak nampak sangat berbeda dengan etnik mayoritasnya. Ethnic Gloss yang biasa dijumpai menggunakan label etnis, seperti Afro-Amerika, Latin, Asia-Amerika, atau Amerika Asli, dimana perbedaan budaya dan etnik yang ditemukan dalam kelompok tersebut diabaikan, sehingga yang akan terjadi adalah kelompok-kelompok etnis ini akan tampak jauh lebih homogen daripada kenyataannya. Homogenitas yang tampak itu sebenarnya tidak ada, sehingga dilihat sebagai suatu yang dangkal(superficial) dan berrfungsi untuk memisahkan suatu kelompok dengan yang lainnya.
Sebagai contoh, kategori India-Amerika (Native American), yang banyak digunakan dan disalahgunakan dengan istilah etnis gloss, sebenarnya merupakan sebuah kelompok etnis yang sangat beragam dan rumit yang terdiri dari lebih dari 500 unit kesukuan dapat diidentifikasi dimana anggota individu merupakan campuran berbagai tingkat akibat intermarriages dan mencerminkan berbagai orientasi akulturatif dari efek identitas etnis. Dengan menggunakan label Indian Amerika, mereka mengabaikan cara hidup dan berpikir yang spesifik dan unik dari masing-masing kelompok yang berbeda atau suku. Hal yang sama juga ditemukan pada label Asia Amerika yang terlalu disederhanakan. Setidaknya ada 32 kelompok Asia-Amerika yang berbeda etnis dan budaya yang biasanya tercantum dalam suatu ketetapan , namun perbedaan diantara kelompok-kelompok ini sangat kompleks. Mengingat keragaman bahasa, norma, adat-istiadat dan status imigran, jelas bahwa untuk label bangsa ini sebagai Asia-Amerika menunjukkan tingkat homogenitas yang makin berkurang.
Dalam memilih sampel etnis untuk studi ilmu sosial dan perilaku, peneliti sering berasumsi bahwa responden mereka berbagi pemahaman umum tentang etnis mereka sendiri dan identifikasi nasionalistik. Seolah-olah peneliti percaya bahwa Indian Amerika, Afrika Amerika, dan lain-lain berbagi beberapa karakteristik awal bahwa pada satu tingkat membedakan mereka dari yang lain perbandingan sampel seperti "kulit putih" (Trimble, 1988). Asumsi ini tidak valid. Antropolog, Dwight Heath (1978) berrpendapat bahwa, "kategori orang seperti yang dibandingkan pada rubrik "kelompok etnis", seringkali bukan unit yang berarti dalam arti sosial budaya" dan "bahwa cara-cara orang mendefinisikan dan memelihara batas-batas sosial 'antara' atau 'diantara' kategori diri yang diidentifikasi jauh lebih penting dan mengungkapkan dinamika budaya"
Ethnic Gloss, dapat menyebabkan periset mendapatkan sampel kelompok etnis yang tidak representatif atau tidak jelas diversitas kelompok tersebut dan ini menyebabkan generalisasi yang berlebihan dan stereotip.
Selain itu, penggunaan etnis gloss dapat melanggar prinsip-prinsip ilmiah tertentu tentang validitas eksternal, kemampuan untuk menggeneralisasi temuan di seluruh subkelompok dalam kategori etnis, dan mengikis segala kemungkinan yang akurat dan efisien replikasi hasil-hasil penelitian.
Sumber :
Buku Psikologi Pendidikan, John W. Santrock
Tidak ada komentar:
Posting Komentar